Senin, 15 Februari 2010

Jangan Tertipu Dengan Orang yang Memperjuangkan Islam!

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.

Seringkali kita mendengar seruan saudara kita untuk berjihad, untuk membela Islam melalui parlemen, atau membela Islam melalui penegakan khilafah. Mereka betul-betul semangat dalam hal ini. Namun janganlah tertipu. Tidaklah semua yang membela dan memperjuangkan Islam itu benar dan menempuh jalan yang benar. Barangkali mereka adalah orang-orang yang fajir dan bermaksiat pada Allah dengan perjuangan mereka. Barangkali jalan yang mereka tempuh itu keliru.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

Sesungguhnya tidak akan masuk surga orang kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas adalah cuplikan dari sebuah hadits dari Abu Hurairah, beliau mengatakan,
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu beliau mengatakan pada orang yang mengaku Islam, “Dia termasuk penduduk neraka.” Ketika mengikuti peperangan, orang tersebut begitu semangat. Namun ia terkena luka parah. Kemudian ada yang berkata pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Yang engkau katakan bahwa ia termasuk penduduk neraka, ia benar-benar hari itu telah berperang lalu ia mati.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Ia penghuni neraka.” Sebagian orang pun terheran-heran dan tetap dalam keadaan seperti itu. Ternyata, ada yang menceritakan bahwa orang tersebut sebelum mati, ia memiliki luka yang cukup parah. Ketika di malam hari, ia tidak sabar menahan lukanya yang parah tersebut. Lalu ia pun membunuh dirinya sendiri. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dikabarkan tentang hal ini. Kemudian beliau pun bersabda,

اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنِّى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Allahu akbar. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian beliau pun memerintahkan Bilal dan beliau menyeru pada manusia,

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).1

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Allah akan menolong agama ini, walaupun melalui orang yang fajir (bermaksiat).

Kedua: An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab “Peringatan keras terhadap haramnya bunuh diri. Ingatlah bahwa seseorang yang membunuh dirinya sendiri akan disiksa di neraka dengan cara ia melakukan bunuh diri. Dan tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim.

Ketiga: Orang muslim pasti masuk surga. Namun boleh jadi dia masuk surga langsung. Dan boleh jadi ia masuk surga dengan terlebih dahulu mampir di neraka.2

Keempat: Bunuh diri termasuk dosa besar karena diancam neraka. Namun pelakunya tidaklah keluar dari Islam -selama tidak melakukan pembatal keislaman yang lain- karena ia masih disebut mukmin sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا , وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. An Nisa’: 29-30)

Kelima: Orang yang bunuh diri akan disiksa sebagaimana cara ia melakukan bunuh diri. Hal ini disebutkan dalam hadits lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.3
Contohnya adalah orang yang mati bunuh diri karena mencekik lehernya sendiri atau mati karena menusuk dirinya dengan benda tajam.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الَّذِى يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِى النَّارِ ، وَالَّذِى يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِى النَّارِ

    Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula di neraka. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara menusuk dirinya dengan benda tajam, maka di neraka dia akan menusuk dirinya pula dengan cara itu.4

Keenam: Jangan tertipu dengan orang-orang yang memperjuangkan atau membela Islam, sampai kita ketahui bahwa mereka benar-benar berpegang teguh pada sunnah (ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam).5 Jadi semata-mata membela Islam dan membuat Islam semakin jaya belum tentu orang tersebut dikatakan berada di atas kebenaran sampai kita tahu bahwa ia memegang ajaran Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam. Lihatlah orang yang bunuh diri yang disebutkan dalam hadits di atas. Dia memperjuangkan Islam dengan berjihad di jalan Allah, namun ia pun berbuat maksiat dengan bunuh diri.

Ketujuh: Memperjuangkan Islam semata-mata bukan dengan modal semangat, namun haruslah menempuh jalan yang benar sebagaimana yang ditempuh para salaf yang sholih.

Kedelapan: Penghafal al Qur'an boleh jadi ada yang fajir (berbuat maksiat). Begitu pula orang yang berjihad bisa saja orang fajir. Namun kesholihan mereka bukan berarti membenarkan kemaksiatan yang mereka lakukan.6

Demikian sedikit faedah yang bisa kami ambil dari hadits di atas sesuai keterbatasan ilmu kami. Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Disempurnakan di Panggang-Gunung Kidul, 19 Muharram 1431 H. Footnote: 1 HR. Bukhari no. 3062 dan Muslim no. 111, dari sahabat Abu Hurairah.
2 Faedah dari penjelasan Syaikh Sholih Alu Syaikh -hafizhohullah- ketika menjelaskan hadits Al Arba'in An Nawawiyah.
3 HR. Bukhari no. 6047 dan Muslim no. 110
4 HR. Bukhari no. 1365, dari Abu Hurairah.
5 Faedah dari Kitab Al 'Arbain fii Madzhab As Salaf, Syaikh 'Ali bin Yahya Al Haddadi, terbitan Ma'had Al Anshor Yogyakarta, hadits no. 12, hal. 13.
6 Faedah pada point ini dari penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam al Iqtidho' ash Shirotil Mustaqim pada Fashl “'Adamu jawaz saa-iril 'ibadat 'indal qubur

Manfaat Wudhu

”Sungguh ummat-Ku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selain memiliki banyak keutamaan, wudhu ternyata sangat bermanfaat terhadap kesehatan. Dr Ahmad Syauqy Ibrahim, peneliti bidang penderita penyakit dalam dan penyakit jantung di London mengatakan, ”Para Pakar sampai pada kesimpulan mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan pada syaraf dan otot, menormalkan detak jantung, kecemasan, dan insomnia (susah tidur).”

Dalam buku Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah dijelaskan, ilmu kontemporer menetapkan setelah melalui eksperimen panjang, ternyata orang yang selalu berwudhu mayoritas hidung mereka lebih bersih, tidak terdapat berbagai mikroba.

Rongga hidung bisa mengantarkan berbagai penyakit. Dari hidung, kuman masuk ke tenggorokan dan terjadilah berbagai radang dan penyakit. Apalagi jika sampai masuk ke dalam aliran darah. Barangkali inilah hikmah dianjurkannya istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung) sebanyak tiga kali kemudian menyemburkannya setiap kali wudhu.

Ada pun berkumur-kumur dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi. Berkumur menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel. Sementara membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberi manfaat menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri. Apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit. Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah penyakit tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah.

Dari segi rohani, wudhu menggugurkan ‘daki-daki’ yang menutupi pahala. Bersama air wudhu, dosa-dosa kita dibersihkan, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, tatkala ia membasuh wajahnya keluarlah dari wajahnya seluruh dosa yang dilakukan matanya bersamaan dengan air itu atau dengan tetesan terakhirnya.

Apabila dia membasuh dua tangannya maka akan keluar seluruh dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan air itu atau tetesan air yang terakhir. Apabila dia membasuh dua kakinya maka keluarlah seluruh dosa yang telah dilangkahkan oleh kakinya bersama air atau tetesannya yang terakhir sehingga dia selesai wudhu dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR Muslim) Maka, berbahagialah orang-orang yang selalu menjaga wudhunya dan menjaga hatinya tetap suci.

Manfaat Puasa Senin Kamis

MANFAAT PUASA SENIN DAN KAMIS

BERDASARKAN pendapat sejumlah ahli kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi yang melaksanakannya, di antaranya untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara kesehatan dan kecantikan. Puasa selain bermanfaat untuk ketenangan jiwa agar terhindar dari stres, juga dapat menyehatkan badan dan dapat membantu penyembuhan bermacam penyakit.

Selain itu, puasa dapat membuat awet muda atau menunda proses ketuaan. Supaya kondisi fisik selalu sehat dan bugar, organ-organ tubuh harus mendapatkan kesempatan untuk istirahat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berpuasa.

Puasa bagi umat Islam merupakan salah satu Rukun Islam dan merupakan salah satu ibadah wajib selama bulan Ramadan. Bagi umat Islam, berpuasa merupakan salah satu ibadah yang harus dilakukan. Ada puasa wajib yang harus dilakukan pada bulan Ramadan, tapi ada juga puasa-puasa sunah seperti puasa Daud, puasa Arafah, puasa Senin-Kamis, dan puasa sunah lainnya.

Beberapa ahli dari negara-negara Barat dan Timur telah meneliti dan membuktikan tentang manfaat puasa. Tiga orang ahli dari Barat yang non-Muslim telah mengemukakan pendapat mereka tentang faedah puasa.

Ketiga orang ahli tersebut adalah Allan Cott M.D., seorang ahli dari Amerika, Dr. Yuri Nikolayev Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow, dan Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat "Fultonia" di Amerika.

Allan Cott, M.D., telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast yang mengalami 17 kali cetak ulang dalam tempo sewindu. Di buku itu, Allan Cott, M.D. membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain:

a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental).

b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda).

c. To clean out the body (membersihkan badan)

d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.

e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks).

f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya).

g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa).

h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi).

i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri).

j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).

Sementara itu, Dr. Yuri Nikolayev menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).

Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat "Fultonia" di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).

* *

PUASA memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk kesehatan tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi alamiah.

Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sehat, lembut, dan berseri. Karena, setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen.

Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebut dapat bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar.

Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel.

Dengan meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan tubuh serta kulit kita. Oleh karena itu, orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih segar, sehat, lembut, dan berseri karena proses peremajaan sel dalam tubuhnya berjalan dengan baik.

Makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, selain mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk tubuh kita, juga mengandung bahan toksik atau racun yang kemudian tertimbun dalam tubuh. Bahan toksik atau racun yang ada dalam tubuh kita, jika sudah terlalu banyak dapat menyebabkan masalah pada tubuh antara lain, tubuh menjadi mudah lelah, daya tahan tubuh menurun, sehingga mudah sakit.

Dengan melakukan puasa, tubuh akan menggunakan energi cadangan. Penggunaan energi cadangan ini menyebabkan racun-racun terbuang dan sel-sel tubuh dibersihkan. Selain itu, di bagian pencernaan terjadi juga pengeluaran racun karena alat-alat pencernaan beristirahat sehingga dapat membersihkan diri, juga termasuk usus besar yang merupakan pusat kotoran.

Berpuasa selain bermanfaat untuk detoksifikasi atau proses pengeluaran racun secara menyeluruh, juga bermanfaat untuk menambah tenaga. Hal tersebut disebabkan racun-racun yang ada pada sel-sel dan jaringan tubuh telah dibersihkan, sehingga organ tubuh menjadi lebih bersih dan zat gizi yang masuk lebih mudah diserap.

Berpuasa dapat membantu meningkatkan penyerapan gizi dari makanan yang dikonsumsi karena dalam saluran pencernaan, sebelum makanan diserap harus mengalami proses perubahan terlebih dahulu dari bentuk padat menjadi komponen-komponen yang sangat halus. Pada saat berpuasa, saluran pencernaan beristirahat selama beberapa jam. Dengan diistirahatkannya saluran pencernaan tersebut akan menjadi lebih baik dalam memproses dan menyerap makanan yang dikonsumsi, sehingga akan lebih bertenaga, sehat, dan kuat.

Supaya selalu tercipta kondisi sehat, bugar dan cantik saat berpuasa, sebaiknya pada waktu berbuka maupun sahur selalu mengonsumsi makanan sehat yang memenuhi unsur pola makan empat sehat lima sempurna dan bergizi lengkap. Dengan cara itu, tentunya dapat menunjang ibadah puasa yang kita dilakukan. (Surtiningsih, kolomnis/pengamat kesehatan)***

Sabtu, 21 November 2009

Ketika Wanita Menggoda

Allah ta’ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki. Di jalan-jalan, di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya bak kontes kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada siksa dan tidak kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda, “Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada wanita.” (HR. Bukhari Muslim)

Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak membuat lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan untuk menenggelamkannya. Usaha-usaha untuk menggoda bisa secara halus, baik disadari maupun tidak, secara terang-terangan maupun berkedok seni. Tengoklah kisah Nabi Allah Yusuf ‘alaihis salam tatkala istri pembesar Mesir secara terang-terangan menggoda Beliau untuk diajak melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun menolak dan berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” (QS. Yusuf: 23)

Muhammad bin Ishaq menceritakan, As-Sirri pernah lewat di sebuah jalan di kota Mesir. Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata, “Aku akan menggoda lelaki ini.” Maka wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau lantas bertanya, “Ada apa denganmu?” Wanita itu berkata, “Maukah anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?” Beliau malah kemudian melantunkan syair,”Berapa banyak pencandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang hanya sesaat, untuk merasakan bekas-bekasnya yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hamba-Nya, dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua.” (Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, karya Ibnul Qayyim)

Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita sekalian lewat sabda beliau, “Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah pertama bagi Bani Isroil adalah karena wanita.” (HR. Muslim) Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumah-rumah kita. Cukup dengan membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol remote control, godaan pun hadir di tengah-tengah kita tanpa permisi, menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok memamerkan aurat yang semestinya dijaga.

Lalu, sebagian muslimah ikut-ikutan terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti ini. Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaian-pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan bebas menjadi hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan oleh Sufyan Ats-Tsauri: “Kelezatan-kelezatan yang didapati seseorang dari yang haram, toh akan hilang juga, yang tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan meninggalkan bekas-bekas buruk, sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang berakhir dengan siksaan dalam neraka.”

Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat berharga: “Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan liar mengumbar syahwat…”

Wallahul Musta’an.

Senin, 09 November 2009

KEKUATAN PIKIRAN

Akar dari semua tindakan, perilaku, kebiasaan dam karakter kita adalah lintasan pikiran yang bertebaran dalam benak. Lintasan pikiran itu menyerbu benak kita, maka ia berkemabang menjadi memori, dan memori itu secara perlahan berkembang menjadi ide, atau gagasan, atau pikiran.

Pikiran itu selanjutnya menukik lebih jauh dalam diri kita, dalam wilayah emosi, dan membentuk keyakinan. Maka, keyakinan berkembang menjadi kemauan, dan secara perlahan, kemauan berkembang menjadi tekad. Begitu ia menjadi tekad, pikiran itu telah memperoleh energi atau tenaga agar ia terwujud dalam kenyataan.

Setelah itu tekad menjalar ke dalam tubuh dan menggerakannya. Maka, lahirlah tindakan. Bila tindakan itu dilakukan berulang-ulang, maka terbentuklah kebiasaan, dan bila kebiasaan itu berlangsung dalam waktu lama, terbentuklah karakter.

Jadi, tindakan adalah output, sedangkan input-nya adalah pikiran.

Dalam diri kita, pikiran-pikiran itu mengalami proses pengelolaan yang rumit. Kita mempunyai pusat penyimpanan informasi yang bernama otak, yang meyerap informasi melalui proses penginderaan dan penalaran, untuk kemudian (berbagai informasi yang masuk) dikelola oleh akal. Di mana di sana terjadi proses pembenaran dan penyalahan, penerimaan dan penolakan, serta keyakinan dan keraguan. Secara sikuensial, kita mengalami proses memahami, memilih, memutuskan dan melakukan.

Seperti mekanisme kerja komputer, otak adalah tempat penyimpanan informasi (hardisk), sedangkan akal adalah instrumen pengelola informasi (prosessor). Output internalnya adalah kesadaran dan output ekternalnya adalah tindakan. Akal menentukan pilihan atas tindakan-tindakan yang secara sadar kita lakukan. Demikianlah, kita menyaksikan bagaimana kepribadian kita dibentuk dari sana: dari pikiran-pikiran kita.

SEKALI LAGI TENTANG LINTASAN PIKIRAN

Kita harus mendeteksi lintasan pikiran kita, sebab itulah benih dari setiap gagasan yang berkembang dalam benak kita. Kebaikan dan keburukan selalu bermula dari sana. (Di titik ini pula) setan memasuki manusia (yakni) dari pintu lintasan pikirannya. Jika kita tidak dapat mencegah lintasan-lintasan pikiran yang buruk, maka kita juga tidak akan dapat mencegah munculnya tindakan-tindakan yang buruk. Maka, berhati-hatilah terhadap semua lintasan pikiran kita.

Lintasan pikiran tidak bisa dimatikan. Ia menyerbu manusia dengan ribuan lintasan pikiran setiap saat, dan serbuannya begitu dahsyat. Yang dapat kita lakukan adalah mengalihkannya dan menggantikannya dengan lintasan-lintasan yang baik. Maka, kita harus belajar untuk memikirkan apa yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan.

Kita harus dapat menjamin bahwa semua yang kita pikirkan adalah sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu dengan cara mengontrol semua informasi yang terserap dalam benak kita melalui panca indera, khususnya penglihatan dan pendengaran. Sebab, Allah SWT telah berfirman, “...sesungguhnya semua pendengaran, penglihatan dan akal akan dimintai pertanggung jawaban (di hari akhirat),” (QS. Al Isra: 36). Karenanya seleksilah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar.

Demikianlah, kualitas pikiran-pikiran kita akan membentuk kualitas kepribadian kita, dan kualitas kepribadian kita akan membentuk kualitas kehidupan kita.

Dari buku Anis Matta, “Delapan Mata Air Kecemerlangan”

Masyarakat Tarbiyah Menyikapi Pesulap

Saring kali kita menyaksikan, baik di layar televisi, kampung-kampung, bahkan di atas bis kota atraksi para pesulap yang sulit dilogika. Antara trik, tipuan murni dan kolaborasi jin? Bagaimana seorang muslim menyikapinya?

Kita tahu bahwa para pesulap sering menggunakan tirk atau tipuan murni dalam atraksi mereka. Buku yang mengungkap rahasia para pesulap itu sebenarnya banyak dan Anda bisa manggut-manggut bila membacanya. Artinya, trik ini 100 % adalah murni teknologi semata. Teknik seperti ini banyak tersebar mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling berat.

Tapi tidak sedikit di antara mereka yang juga menggunakan ‘kekuatan ghaib’ yang tidak bisa dijelaskan secara fisika. Artinya, teknologi manusia hari ini masih belum mampu menjelaskannya. Misalnya bagaimana si pesulap itu bisa terbang dan mengambang di udara, tanpa kawat baja dan tanpa mesin. Padahal kalau harus dikatakan sebagai sebuah hasil rekayasa teknologi, maka seharusnya tidak berhenti untuk kepentingan pertunjukan sulap semata, tetapi bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang lebih serius seperti untuk mengganti alat transportasi di perkotaan yang semakin hari semakin macet dan menyebarkan polusi. Kalaulah bisa terbangnya seorang pesulap itu hasil teknologi murni yang bisa dijelaskan secara fisika, alangkah ruginya bisa tidak dijadikan sarana pengganti kendaraan bermotor dan pesawat terbang. Kita jadi bisa mengirit bahan bakar yang harganya setiap hari membumbung tinggi. Kita juga tidak tergantung kepada Jepang, Korea, China dan negara lain dalam mengimpor kendaraan bermotor, lantaran kita bisa terbang sendiri ke sana kemari seperti superman.

Begitu juga kalaulah kemampuan pesulap untuk membengkokkan sendok atau logam itu benar-benar sebuah hasil teknologi, maka dengan mengembangkan sedikit teknologi itu kita tidak butuh pabrik baja, lantaran kita punya teknologi untuk menekuk-nekuk besi secara murah dan sederhana. Begitu juga kita tidak butuh mesin press untuk membentuk lempengan-lempengan logam, karena cukup ‘dipelototi’ oleh beberapa orang, plat-plat baja itu bisa bengkok dan membentuk desain yang kita inginkan.

Dan kalau seandainya kemampuan pesulap yang bisa menghilangkan gedung itu benar-benar sebuah hasil teknologi, maka kita bisa menghemat alat-alat berat semacam buldozer dan sejenisnya. Karena cukup dengan menjentikkan jari, galian pondasi bangunan pencakar langit bisa segera terbentuk dan tanahnya langsung hilang dan siap dicor. Perusahaan pertambangan tidak perlu punya alat bor untuk menggali karena dengan sekejap mata bisa melubangi bumi.

Tetapi semua itu hanya ‘seandainya’. Kenyataannya, apa yang mereka gunakan itu sama sekali bukan hasil rekayasa teknologi yang bisa dijelaskan secara fisika. Pertanyaannya adalah : Siapakah makhluq Allah SWT yang mampu melakukan gerakan yang melawan grafitasi bumi hingga bisa mengambang di udara? Siapakah makhluq Allah SWT yang bisa menekuk logam tanpa alat pres? Siapakah makhluq Allah SWT yang bisa menghilangkan benda tanpa merobohkannya?

Selain malaikat yang mulia memang ada jin yang Allah SWT berikan kemampuan itu. Tapi tentu naif sekali bila kita menuduh para malaikat melakukannya, kalau bukan dalam rangka kepentingan syar’i. Maka tinggal satu pihak yang patut kita curigai yaitu jin. Dan dalam catatan rekord yang ada, kita memang mengenal para jin sering melakukan hal-hal seperti ini.

Dalam urusan berkolaborasi dengan manusia, jin tidak pilih-pilih agama. Yang Islam atau yang kafir, sama-sama santapan lezat untuk diperdaya. Jangan Anda pikir kalau jin memberi fasilitas bisa terbang, bisa membengkokkan logam atau bisa menghilangkan benda, lalu semua itu didapat oleh manusia secara gratis. Sama sekali tidak. Persis ungkapan “Tidak ada makan siang gratis”. Maka jin pun meminta imbalan untuk semua ‘jasa’ itu. Yang diminta bukan uang atau popularitas atau kursi di DPR, tapi yang lebih berharga dari itu, yaitu iman dalam dada. Intinya para partner jin itu akan diajak masuk ke dalam jurang kemusyrikan, atau menjadi sarana kemusyrikan. Keduanya sama saja.

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala(QS. Fathir : 6)

Ya, syetan dan jin itu butuh teman di dalam neraka, karena itu semua bentuk usahanya adalah membentuk jaringan yang akan mengawal, mengiringi dan menyertai mereka di neraka. Dan untuk itu, tidak salah kalau mereka memberikan fasilitas yang menggiurkan, salah satunya adalah keajaiban-keajaiban yang membuat manusia menjadi norak. Lalu belajar sihir yang telah diharamkan Allah SWT dan menjadi orang-orang syirik. Dosa apa lagi yang lebih berat dari syirik? Bukankah Allah SWT telah menegaskan bahwa dosa syirik itu takkan diampuni kelak di akhirat selama pelakunya tidak tobat sekarang ini?

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An-Nisa : 48)

Jadi para pesulap baik yang dari Eropa, Amerika, Indonesia atau pun pesulap-pesulap daerah/kampung tidak mendapatkan fasilitas jin itu secara gratis. Mereka wajib memberikan sesajen, sesembahan dan melakukan syarat-syarat tertentu yang ditagih oleh para jin plus bunganya. Semuanya adalah menu-menu pilihan atas sekian banyak kemaksiatan, dosa, syirik dan kemungkaran. Lepas dari apakah agama mereka.

Khusus yang di wilayah kental dengan budaya Islam, biasanya jin melakukan variasi menu dosa. Misalnya dengan meminta pelakunya menulis ayat Al-Quran Al-Karim secara terbalik, atau menulis ayat Al-Quran Al-Karim dengan darah haidh wanita atau menuliskannya pada ladam / sepatu kuda. Lalu ‘paket’ ini dinamakan ilmu putih, lantaran masih berbau agama, tetapi sebenarnya merupakan dosa besar.

Sedangkan untuk mereka yang akrab dengan budaya nenek moyang, ada ilmu hitam yang perintahnya bisa lebih kasar, seperti menyetubuhi mayat, bertapa di goa atau hal-hal lain yang lebih menjijikkan. Tapi semuanya hanyalah trik licik yang menipu umat Islam, biar kelihatan tidak mencolok menentang agama, padahal jelas-jelas perbuatan itu hakikatnya adalah kemunkaran yang berat. Jadi sama saja mau ilmu putih atau hitam, sama-sama syirik dan kerjaan jin.

Parahnya, mereka tidak bisa lari dari pembayaran tagihan ini dan juga tidak bisa berhenti dari kejaran jin. Sekali terperosok di dalamnya, akan terus dikejar, kecuali dengan tobat secara aqidah dan meruqiyah diri dengan serius.

Wallahu A`lam Bish-shawab, semoga Allah karuiakan petunjuk pada saya dan anda sekalian.

Kamis, 05 November 2009

Akar Terorisme di Tubuh Umat (bag. 2)

Menyingkirkan Gangguan dari Jalan Merupakan Bagian Iman

Iman itu memiliki pokok dan cabang-cabang. Ia bisa bertambah hingga mencapai taraf kesempurnaan. Dan ia juga bisa berkurang hingga menghilang dari diri seseorang. Semakin besar ketaatan yang dilakukan dan kemaksiatan yang ditinggalkan maka iman akan bertambah berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas amalan. Semakin besar kemaksiatan yang dilakukan dan kewajiban yang ditinggalkan maka iman akan berkurang berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas kemaksiatan. Syari’at Islam yang indah ini telah menjadikan tauhid sebagai pokok keimanan, ucapan yang sopan dan menjauhkan dari segala sebab yang dapat mencelakakan sebagai cabang-cabang dan penyempurna baginya.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah ucapan la ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Demikian pula rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ini adalah lafaz Muslim)

Kalau menyingkirkan gangguan semisal duri dari jalan merupakan bagian dari iman, sebuah amal salih yang diperintahkan, maka bagaimanakah lagi dengan menyelamatkan nyawa-nyawa manusia yang terancam oleh ledakan bom yang bukan pada tempatnya?!

Sebagaimana halnya rasa malu menjadi bagian dari iman. Rasa malu itulah yang akan mencegah manusia dari melakukan hal-hal yang menjatuhkan kehormatan mereka. Berbeda keadaannya dengan orang yang telah menipis atau lenyap rasa malunya, maka maksiat terang-terangan seperti pamer aurat (baca: tidak mengenakan jilbab dengan benar) dan meninggalkan sholat pun seolah-olah perkara yang ringan dan biasa.

Kita tidak hanya bersedih dengan teror yang dilakukan oleh sebagian pemuda ingusan dengan bom bunuh diri dan aksi-aksi perusakan ala berandalan. Namun, kita juga bersedih dengan aksi ‘teror’ bertubi-tubi yang dilakukan oleh para wanita tak tahu malu yang berjalan kesana kemari, mengobral harumnya minyak wangi di tengah kaum lelaki dan memajang aurat-aurat mereka di layar-layar televisi. Kalau teror yang pertama merusak agama pelakunya dan merenggut nyawa orang lain, maka teror yang kedua ini merusak akhlak para pemuda dan menyeret dirinya sendiri ke jurang kenistaan. Aduhai, betapa banyak pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam dua jurang tersebut. Wahai Rabb kami, sesungguhnya keduanya telah menyesatkan banyak orang, maka jauhkanlah kami dan anak keturunan kami darinya…

Tipu Daya Syaithan

Saudaraku, ada satu hal yang perlu kita ingat baik-baik. Sesungguhnya syaitan yang bersumpah untuk menyesatkan dan menyimpangkan manusia dari jalan yang lurus tidak hanya memiliki satu jurus untuk melemahkan lawannya. Seribu satu trik dan cara akan dia tempuh untuk mengajak umat manusia agar bersama-sama dengannya menjadi penghuni tetap neraka Jahannam. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh. Sesungguhnya dia hanya akan mengajak kelompok/pengikutnya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Fathir: 6)

Salah satu bentuk tipu daya syaithan kepada bani Adam adalah dengan menghias-hiasi kebatilan dan kemaksiatan agar tampak seolah-olah sebagai kebenaran dan kebaikan. Tidakkah kita ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga itu diliputi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka itu diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan nafsu.” (HR. Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)

Bahkan, Allah ta’ala juga telah memberitakan dalam firman-Nya,

أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

“Maka apakah sama orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (Qs. Fathir: 8)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Syaithan menghias-hiasi perkara buruk dan memperindahnya di mata manusia ‘lalu menganggap baik perbuatan itu’ dibandingkan dengan orang yang diberi petunjuk oleh Allah menuju jalan dan agama yang lurus, apakah sama antara ini dengan itu? Orang yang pertama, melakukan kejelekan namun melihat kebenaran sebagai kebatilan dan melihat kebatilan sebagai kebenaran. Orang yang kedua, melakukan kebaikan dan melihat kebenaran sebagai kebenaran, dan batil tetap sebagai kebatilan…” (Taisir al-Karim ar-Rahman [2/944] cet 1418 penerbit Jum’iyah Ihya’ at-Turots al-Islami)

Seperti contohnya, kejadian yang menimpa sebagian pemuda yang terbius oleh paras yang elok dan menawan. Ada di antara mereka yang mengangankan bahwa kecintaan dan kasih sayangnya kepada seorang amrad (pemuda yang belum tumbuh rambut wajahnya atau yang wajahnya mirip perempuan) atau kepada seorang perempuan bukan mahram (baca: pacarnya) semata-mata dia lakukan ikhlas karena Allah ta’ala, bukan untuk melakukan kekejian, dan dia hanya ingin berteman atau menjalin persaudaraan dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk bentuk tipu daya syaithan. Mereka meyakini bahwa apa yang mereka perbuat dengan menyukai rupa-rupa tersebut, mencium, atau bersenang-senang dengan memandanginya adalah ikhlas karena Allah. Mereka menganggapnya sebagai pendekatan diri kepada Allah, ketaatan kepada-Nya dan bentuk akhlak mulia. Padahal, sesungguhnya keyakinan mereka itu merupakan kesesatan dan penyimpangan yang paling besar dan pemutarbalikan ajaran agama. Mereka menganggap sesuatu yang dibenci Allah sebagai sesuatu yang disukai-Nya. Perbuatan mereka itu tergolong syirik dan termasuk dalam kategori mengangkat thaghut sebagai sesembahan selain Allah. Bahkan, yang lebih parah lagi -akibat kebodohan mereka yang sangat- mereka menyangka bahwa saling tolong menolong dalam melakukan perbuatan keji itu merupakan bentuk kerjasama dalam kebaikan. Mereka berdalih ingin mendapatkan pahala dengan membantu meringankan kesulitan sesama saudaranya, padahal di balik itu semua tersimpan keinginan-keinginan yang terlarang dan dicela oleh agama! (diambil dengan peringkasan dan sedikit tambahan dari penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya yang menakjubkan Ighatsat al-Lahfan, cet. Dar Thaibah hal. 642)

Apabila golongan pemuda di atas tertipu oleh bujukan syaitan yang bernama syahwat, maka golongan pemuda yang lain -yang menjadi supporter dan partisipan bom bunuh diri- tergoda oleh bujukan syaitan yang bernama syubhat. Mereka mengira bahwa jerih payah mereka dengan membakar semangat para pemuda melalui podium-podium untuk memerangi orang kafir secara membabi buta, dengan merakit bom, merekrut sukarelawan dan menyusun rencana-rencana rahasia, membuat gerakan bawah tanah, menyelundupkan bom ke dalam hotel atau lokasi-lokasi wisata, diuber-uber polisi dan intelejen, dan pada akhirnya meledakkan bom dengan mengatasnamakan agama merupakan sebuah taqarrub ilallah (pendekatan diri kepada Allah). Sampai-sampai pekik takbir yang biasa terdengar dari lisan penyembelih kurban pun mereka kumandangkan dengan penuh semangat sebagai ungkapan suka cita atas kematian saudaranya dan melayangnya nyawa-nyawa yang tidak tahu-menahu apa-apa. Wallahul musta’aan wa ilaihil musytaka! (Kepada Allah lah kita memohon pertolongan dan mengadukan permasalahan)

Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membunuh seorang mu’ahad (orang kafir yang dilindungi oleh ikatan perjanjian dari pemerintah muslim, pent) maka dia tidak akan mencium baunya surga. Padahal baunya bisa tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-’Ash radhiyallahu’anhuma)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai hukuman aksi bunuh diri,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu maka kelak dia akan disiksa dengannya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Tsabit bin adh-Dahhak radhiyallahu’anhu, ini lafaz Muslim)

Alangkah tepat gambaran yang diberikan Allah ta’ala tentang orang-orang seperti mereka,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah: Maukah kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi amalnya. Yaitu orang-orang yang sia-sia usaha mereka di dalam kehidupan dunia sementara mereka menyangka bahwa mereka sedang melakukan kebaikan yang semestinya.” (Qs. al-Kahfi: 103-104)

Seperti itu pulalah yang terjadi pada pelopor kebid’ahan di masa silam semisal Khawarij dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka di sepanjang masa. Mereka mengira sedang menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman. Padahal, sebenarnya mereka itulah orang-orang yang menebarkan kerusakan dan kezaliman di alam semesta. Mereka mengaku membela agama, padahal tindakan mereka justru merobohkan dan mencemarinya. Mirip sekali karakter orang-orang seperti ini dengan sifat kaum munafikin yang diceritakan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kalian melakukan perusakan di atas muka bumi.’ Maka mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami ini hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah para perusak, akan tetapi mereka tidak menyadari.” (Qs. al-Baqarah: 11-12)

Reaksi yang Salah

Dengan mencermati beberapa keterangan di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu sebab utama munculnya aksi-aksi bom bunuh diri dan perusakan tempat-tempat umum dengan mengatasnamakan jihad adalah racun pemikiran Khawarij yang bercokol di dada sebagian pemuda yang ‘cetek’ pemahaman agamanya. Mereka sama sekali tidak berjalan di bawah bimbingan para ulama Rabbani. Semangat mereka membara, namun ilmu yang mereka miliki tidak cukup untuk menopang cita-citanya. Niat mereka mungkin baik, namun cara yang mereka tempuh jelas-jelas menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah serta pemahaman salafus shalih.

Akibatnya, musuh-musuh dari luar Islam pun dengan mudah menyamaratakan bahwa Islam mengajarkan kekerasan dan agama yang tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka ingin menanamkan kesan kepada publik bahwa siapa saja yang ingin menegakkan kembali syari’at Islam dan tauhid maka mereka pasti identik dengan terorisme dan gemar membuat kekacauan. Oleh sebab itu mereka pun melekatkan gelaran Islam Fundametalis kepada kelompok mana saja yang bercita-cita untuk mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana yang diraih oleh para pendahulu mereka, tidak terkecuali kepada Ahlus Sunnah as-Salafiyun. Sayangnya, sebagian kaum muslimin yang tidak mengerti juga ikut-ikutan latah menuduh saudaranya yang mengikuti Sunnah Nabi dan berupaya untuk menebarkan dakwah tauhid sebagai aliran sesat dan menyimpang gara-gara penampilan mereka yang mirip dengan tokoh-tokoh teroris yang dimunculkan fotonya di media-media massa. Semata-mata karena beberapa helai jenggot dan secarik cadar maka julukan teroris pun dengan enteng dilekatkan kepada mereka. Padahal memelihara jenggot dan memakai cadar termasuk tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan di sini bukanlah tempat yang tepat untuk membicarakannya secara panjang lebar.

Kembalikan Semuanya Kepada al-Kitab dan as-Sunnah!

Saudaraku sekalian, ternyata isu terorisme ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Di sana bermain kepentingan musuh-musuh Islam dari berbagai kalangan, dari dalam maupun dari luar. Dari yang terang-terangan memusuhi maupun yang berpenampilan shalih dan shalihah. Maka waspadalah dari penyimpangan pemikiran dan penyikapan yang salah terhadap kenyataan ini. Marilah kita tundukkan akal dan perasaan kita kepada bimbingan Rabb alam semesta yang telah digariskan di dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab Allah ta’ala telah memerintahkan,

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Kemudian, apabila kalian berselisih tentang perkara apa saja, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-Sunnah) jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, Hal itu lebih baik dan lebih bagus hasilnya.” (Qs. an-Nisaa’: 59)

Beribadah kepada Allah tidak cukup dengan modal semangat tanpa ilmu. Bukankah kita masih ingat sebuah kaidah yang ditorehkan oleh Amirul Mukminin fil Hadits Imam Bukhari rahimahullah di dalam Kitab Shahihnya di dalam Kitab al-’Ilm, beliau membuat bab dengan judul yang indah, “Ilmu sebelum berkata dan berbuat”. Dakwah Islam yang diserukan oleh Nabi dan para pengikut setianya bukanlah dakwah yang dibangun di atas kejahilan/kebodohan, namun ia adalah dakwah yang ditegakkan di atas bashirah/ilmu. Allah ta’ala berfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

“Katakanlah (hai Muhammad): Inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah di atas bashirah, demikianlah jalanku dan jalan orang-orang yang mengikutiku.” (Qs. Yusuf: 108)

Semoga Allah ta’ala berkenan mengampuni dosa-dosa kita, dan menyadarkan para pemuda dari ketergelinciran mereka akibat jeratan syubhat maupun rayuan syahwat. Kepada Allah sematalah kita meminta pertolongan dan perlindungan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan permintaan. Saya pun memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha mulia, semoga Allah membimbing para pemimpin negeri ini untuk menegakkan dakwah tauhid dan memberantas kemusyrikan, mengibarkan panji-panji Sunnah dan meluluh lantakkan sarang-sarang kebid’ahan, menyuburkan negeri ini dengan ketaatan serta membersihkannya dari berbagai kotoran kemaksiatan. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Selesai disusun di Yogyakarta,
Kamis, 8 Sya’ban 1430 H

Abu Mushlih Ari Wahyudi
Semoga Allah mengampuninya dan kaum muslimin